“Awalnya saya kira anak-anak bakal malas kalau disuruh prakarya. Tapi begitu tahu hari itu mereka akan belajar memasak lumpia, semua langsung semangat!”
— Ibu Nur, guru pendamping kelas 5
Pagi itu suasana di ruang kelas terasa berbeda. Bukan suara pensil atau halaman buku yang terdengar, melainkan bunyi peralatan dapur dan aroma bahan-bahan segar. Para siswa dengan sigap memakai celemek, bersiap mengikuti kegiatan memasak sederhana yang sudah ditunggu-tunggu: membuat lumpia isi sayur.
🎯 Belajar Tak Selalu di Buku
Program prakarya ini bukan hanya tentang memasak. Di balik gulungan lumpia yang renyah, anak-anak belajar:
- Kerja sama dalam kelompok
- Membagi tugas dan menghargai peran teman
- Ketelitian dan kebersihan saat mengolah makanan
“Anak-anak jadi lebih menghargai makanan. Mereka tahu ternyata menyiapkan makanan butuh usaha dan kesabaran.” – komentar dari salah satu wali murid.
🍽️ Dari Dapur ke Karakter
Kegiatan seperti ini juga menjadi media pembentukan karakter:
- Melatih tanggung jawab (harus membersihkan alat dan area kerja)
- Mengasah rasa ingin tahu (mencoba bahan, resep, dan teknik baru)
- Menumbuhkan kemandirian (karena mereka tidak sekadar menonton, tapi benar-benar mempraktikkan)
💬 Kata Mereka…
“Aku paling suka bagian mengisi lumpia, soalnya harus hati-hati biar isinya nggak tumpah.”
— Fadilah, siswa kelas 5
“Aku baru tahu ternyata wortel dan toge bisa enak kalau dimasak bareng.”
— Rizky, siswa kelas 4
💡 Penutup
Melalui kegiatan sederhana seperti memasak, siswa tidak hanya belajar keterampilan hidup, tetapi juga menumbuhkan percaya diri dan semangat belajar. Di madrasah ini, kami percaya bahwa belajar bisa dari mana saja — termasuk dari dapur.



